‘Cantik itu Luka’
begitu tulis Eka Kurniawan di judul bukunya yang cukup laris.
Saya dulu juga sepemikiran dengan judul novel tersebut ketika mendefinisikan tentang kecantikan, saya pikir cantik itu butuh pengorbanan yang panjang dan terus menerus; atau istilah lainnya adalah ribet, mahal dan kawan-kawannya.
Beberapa kali, saya mendengarkan teman mengeluh tentang gemuk, tentang hidung pesek, tinggi kurus yang hingga dijuluki genter (bambu); semua teman-teman saya itu menginginkan cantik yang sempurna sesuai pandangan umumnya– mereka melalui upaya yang berlebihan dengan berbagai macam air mata, yang terkadang itu mengiris hati.
Sampai kemudian saya bertemu dengan salah satu kawan, yang kita sebut saja Mira. Ia cantik dan ia gembira dengan kecantikannya, ia fashionable dan ia percaya diri dengan itu semua. Tidak pernah saya mendengar dari mulutnya keluhan tentang usaha dia tetap cantik.
Ia terus saja bercerita bahwa ia merasa beruntung, ia bersyukur dan ia berterima kasih dengan dirinya sendiri karena cantiknya adalah bentuk kesadarannya mengakui bahwa ia berharga.
Pengaruh Mira membuat saya menyetujui setiap ucapannya, kenapa kita tidak mengartikan sendiri kecantikan itu, paling tidak sebagai rasa syukur kepada ciptaan Tuhan.
Tapi, meskipun saya sudah menyetujui ucapan Mira dan sering berkata pada diri sendiri , dalam pikiran saya masih saja tersimpan memori tentang luka yang ditimbulkan oleh kecantikan itu sendiri.
Oh cantik… cantik… , kamu begitu banyak tafsir yang membuat gila sebagian wanita, bahkan sampai ada yang merasa seperti tidak wujud.
Hingga akhirnya saya bertemu Fajrina Addien, yang kala itu ia mengajar di kelas kecantikannya membawa pengaruh positif, saya kembali teringat Mira–pertemuan ini de javu.
Mbak Addien, begitu saya memanggilnya, ia bahagia dengan definisi cantiknya. Ia menyebarkan virus kegembiraan dimana-mana. Dan saya adalah salah satu korbannya, walau dulu saya awalnya mengikuti kelasnya karena sedikit apatis tentang definisi cantik.
Tapi saya masih terus mengikuti kelasnya, saya coba pahami materinya, dan sejak itu definisi cantik yang telah saya ciptakan semakin menguat dan yakin, saya semakin menjadi pribadi yang mudah bersyukur, melihat sesuatu dari banyak makna. Kini saya dengan percaya diri berkata:
Cantik itu merdeka
Cantik itu mudah
Cantik itu disiplin diri
Ternyata masih banyak lagi definisi cantik yang bisa hadir. Tidak sebatas wajah yang putih, hidung mancung dan tinggi badan yang semampai, percayalah!
Dan jika saat ini, kecantikanmu masih memberikan luka, cobalah mencari lingkungan atau temui orang-orang yang lebih positif dan bisa melihat dimensi-dimensi kecantikanmu. (Ysr)
***