KakCan mungkin pernah mendengar salah satu idiom Inggris yang seringkali dijadikan quote mayoritas perempuan dunia, “Beauty is in the eye of the beholder.”
Yang memiliki arti bahwa kecantikan itu ada di mata yang melihatnya; maksudnya di sini adalah setiap orang memiliki referensi ‘cantik’ yang berbeda-beda, sehingga kecantikan itu relatif, setiap orang memandangnya secara subyektif.
Walau pun ketika kita membicarakan definisi ‘cantik’ pasti akan lebih sering disangkut pautkan dengan tampilan fisik baik bentuk dan warna dari atas hingga bawah, seperti bentuk mata, hidung, mulut, wajah, dan tubuh serta warna kulit.
Tetapi definisi cantik tidak bisa digeneralisasikan dengan hanya tampilan fisik saja. Ada hal-hal lain yang mendukung makna kecantikan itu sendiri seperti kecantikan hati, sikap dan bagaimana ia berpikir.
Memang jika kita berbicara wanita pasti satu kesatuan dengan kecantikan dan Ini tidak dapat dipisahkan, tetapi sudah semestinya ketika berbicara ‘cantik’ artinya perempuan lah yang sebenarnya menentukan standar kecantikannya sendiri.
Tetapi sayangnya, masih saja tanpa kita sadari kita terjebak dengan makna cantik orang lain yang kita standarkan pada diri kita sendiri atau sering kali kita menyebutnya sebagai standar kecantikan atau mitos kecantikan.
Akhirnya, terkadang kita merasa bahwa sebuah standar kecantikan yang berlaku harus diikuti. Standarisasi tersebut mengakibatkan para perempuan terobsesi untuk mencapai gambaran tentang bagaimana menjadi seorang yang memiliki kecantikan sempurna.
Maka banyak dari para perempuan mulai menggunakan segala cara agar bisa mendapatkan predikat cantik. Seperti menggunakan kosmetik up to date, selalu berpindah klinik, melakukan operasi plastik bahkan melakukan sesuatu yang bisa membahayakan diri sendiri.
Standar kecantikan terkadang toksik dan cenderung mengkotak-kotakkan orang berdasarkan penampilan fisiknya saja.
Jika seorang perempuan ini tidak sesuai dengan “standar kecantikan” yang berlaku, apakah artinya ia tidak cantik? Tentu pemikiran ini bisa menjadikan perempuan merasa rendah diri, tidak berharga.
Maka sangatlah penting kita sebagai perempuan menentukan definisi cantik sesuai dengan versi terbaik kita masing-masing. Ini tidak mudah, memerlukan proses dan waktu yang sangat panjang sehingga kita bisa menyimpulkan makna dibalik konsep cantik versi kita sendiri.
Standar Kecantikan Korea
Setiap wilayah memiliki penilaian yang berbeda mengenai kecantikan. Hal ini menunjukkan bahwa kecantikan sebenarnya adalah suatu hal yang relatif dan tidak dapat diukur.
Dan di Korea sendiri, standar kecantikannya cenderung memiliki standar yang ketat dan lebih detail tentang pemaknaan kecantikan secara bentuk tubuh ataupun wajah. Mereka menyimpulkan juga bahwa penampilan fisik yang sempurna adalah segalanya.
Jika ditelisik, sebenarnya upaya menampilkan fisik dengan sempurna di Korea ini dipengaruhi oleh paham Konfusianisme yang dipegang teguh selama masa berdirinya kerajaan di Korea. Mereka menjaga tubuh, kulit, dan rambut sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua yang sudah melahirkan mereka ke dunia.
Apalagi ditambah pula pengaruh masa transisi negara Korea yang sebelumnya adalah negara jajahan Jepang kemudian merdeka, menjadikan masyarakatnya berkompetisi untuk menunjukkan status sosial dan kekayaannya melalui penampilan fisik.
Maka tidaklah heran, jika di negeri Gingseng tersebut, mematok standar kecantikan yang sangat spesifik dan berat. Untuk memenuhi patokan standar makna cantik itu, orang-orang Korea berlomba-lomba melakukan perawatan demi perawatan, bahkan mereka tidak ragu melakukan operasi demi operasi.
Seperti memiliki wajah yang kecil dan berbentuk V, ukuran mata besar dan tidak sipit, tubuh langsing atau kurus, hidung mancung, kulit putih, bibir kecil dan tebal, kaki jenjang dan masih banyak lagi. Menurut mereka hal tersebut akan dianggap terlihat lebih awet muda. Selain itu, tujuan dari standar kecantikan Korea bagi perempuan juga agar terlihat feminim, imut, dan kurus.
Bahkan hampir semua idol Korea, baik perempuan maupun laki-laki berusaha memenuhi standar kecantikan tersebut. Maka lumrah jika negeri ini lebih dikenal sebagai negeri tren kecantikan global baik dari skincare, make up dan juga operasi plastiknya.
Fenomena Efek Standar Kecantikan Korea
Ini bermula dari banyaknya penayangan serial drama Korea di televisi swasta Indonesia pada tahun 2000-an, Korea Selatan berhasil menarik perhatian masyarakat Asia Tenggara terutama Indonesia, apalagi para wanita, mereka secara tidak langsung mencoba mengikuti budaya yang ada pada drama-drama tersebut.
Pengaruh industri hiburan Korea Selatan yang terdiri dari film, drama, musik pop, kecantikan, dan lain-lain, ternyata tidak berhenti pada Asia saja, tetapi hingga seluruh penjuru dunia. Dan menjadi salah satu negara yang paling diminati oleh masyarakat asing.
Konsep kecantikan Korea menjadi salah satu yang diingini oleh banyak wanita. Apalagi jika produk-produk yang dipakai oleh idola mereka – akan berlomba-lomba ikut serta menjadikan diri mereka sendiri seperti standar kecantikan Korea.
Perempuan di Korea Selatan dikatakan cantik jika ia berkulit putih pucat, wajah tirus, tubuh langsing, wajah kecil, memiliki lipatan kelopak mata, hidung lurus dan lancip, dan gigi rapi. Kemudian standar ini membentuk sebuah perspektif bahwa memiliki wajah cantik dan tubuh ideal adalah segala-galanya. Banyak wanita yang mengikuti standar kecantikan Korea Selatan.
Tanpa disadari pengaruh budaya Korea Selatan telah merajai pasar, sering kita kenal dengan hallyu atau Korean wave. Sehingga setiap aspek di dalam hidup menjadi terlibat seperti, pakaian, produk kecantikan, makanan, dan gaya hidup.
Standar cantiknya Korea telah menjadi kiblat konsep cantik sebagian besar perempuan Asia terutama Indonesia, sehingga mereka rela merogoh kocek sebanyak mungkin hanya untuk bisa memenuhi standar itu.
Mulai dari mematok skincare 10 step yang merogoh kocek lebih banyak, sulam alis, sulam bibir, botox pada wajah dan tubuh, maupun operasi plastik demi memenuhi standar tersebut.
Bahkan pergeseran standar kecantikan ala Korea Selatan ini bisa terlihat juga dari penggunaan duta merek asal Korea. Iklan-iklan klinik kecantikan, spa, hingga salon yang menjual treatment dan gaya ala Korea pun mulai bermunculan di Indonesia.
Sebenarnya pergeseran standar kecantikan ini memiliki dua sisi. Jika melihat sisi positifnya, standar kecantikan ala Korea ini telah berhasil mendobrak bahwa skincare tidak hanya bisa digunakan oleh perempuan, laki-laki juga perlu. Selain itu, dengan konsep cantik Korea, mayoritas perempuan pun sadar pentingnya skincare dan merawat kulit agar sehat.
Akan tetapi narasi kecantikan ala Korea sebagian besar memang menunjukkan tingkat eksposur terhadap kecantikan yang ideal dan sempurna di media. Jadi, baik sosial media dan media massa ikut berperan dalam normalisasi standar kecantikan Korea yang terjadi. Meski kondisi ini selalu terjadi di setiap masa juga.
Tetapi imbasnya dari efek berlebihan menormalisasi standar kecantikan Korea ini mempengaruhi bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri seperti ketidakpuasan atas diri sendiri (body dissatisfaction), persepsi negatif, depresi, hingga perubahan pola makan yang terkadang ekstrim.
Pertanyaannya adalah apakah kita harus mengikuti standar tersebut untuk dianggap cantik dan menarik?
Tentukan Standarmu Sendiri
Dengan kondisi yang dikepung standar kecantikan korea ini. Lalu, bagaimana semestinya kita sebagai perempuan mengambil posisi menghadapinya?
Widi Lestari Putri, Lulusan S2 Kajian Gender UI mengatakan, ‘tren kecantikan memang tak kan pernah bisa dihindari terjadi–tetapi, bukan berarti kita terpaksa mengikuti berbagai praktik pendisiplinan tubuh melalui standar kecantikan itu.’
Tren ini tidak hanya dibentuk dari masyarakat saja, tetapi media ikut berperan membantu menggeneralisasi konsep kecantikan itu sendiri. Munculnya berbagai versi konsep kecantikan baik itu tren Barat, Korea, atau lainnya sewajarnya tentu bisa disikapi dengan tetap menyesuaikan identitas unik dalam diri kita, kita juga tidak boleh memaksakan standar tersebut kepada orang lain.
Nah, KakCan mari kita membebaskan diri kita sendiri untuk menemukan makna dari cantik itu sendiri, bukan karena paksaan atau pun mengikuti saja tanpa kita tahu sesungguhnya. Sebab kita perempuan merdeka, yang memerdekakan diri.
Kalau menurut founder Beautylogic Academy, Fajrina Addien menyampaikan bahwa cantik itu dilihat dari berbagai sisi pada diri mereka sendiri atau ia menyebutnya dengan sebagai cantik multidimensi yang membebaskan.
Jadi Kakcan, kita bisa memulai dengan mendefinisikan konsep cantik ala kita ya, sebab sesungguhnya para perempuan diciptakan sudah sempurna, sudah cantik secara ‘penuh’ dari berbagai sisi kekuatan dan kekurangannya. (isy)
Referensi
KECANTIKAN WANITA KOREA SEBAGAI KONSEP KECANTIKAN IDEAL DALAM IKLAN NEW POND’S WHITE BEAUTY: WHAT OUR BRAND AMBASSADORS ARE SAYING Winta Hari Arsitowati
Pengaruh Penyebaran Isu Standar Kecantikan Korea Selatan Melalui Media Sosial terhadap Perilaku Imitasi Penggemar K-Pop Mellicia1 , Lusia Savitri Setyo Utami 2
Mojok.co
Kompasiana
Liputan6
Soloposfm
Kopichuseyu.com
kumparan